Pembelajaran sosial-emosional (PSE) adalah proses pembelajaran yang dirancang untuk membantu individu—baik anak maupun guru—mengembangkan kemampuan mengenali dan mengelola emosi, membangun hubungan positif, meningkatkan empati, dan membuat keputusan yang bertanggung jawab . CASEL (Collaborative for Academic, Social, and Emotional Learning) menetapkan lima kompetensi inti PSE: kesadaran diri, pengelolaan diri, kesadaran sosial, keterampilan hubungan sosial, dan pengambilan keputusan bertanggung jawab.
Dalam konteks pendidikan, PSE tidak hanya melibatkan siswa, tetapi juga guru, tenaga kependidikan, dan orang tua. Ia bukan sekadar kegiatan tambahan, tapi elemen penting yang harus terintegrasi secara keseluruhan dalam budaya sekolah.
Jadi, Pernyataan Yang Tidak Sesuai Dengan Kriteria Pembelajaran Sosial Emosional Adalah ?
A. Pembelajaran sosial emosional dilakukan dengan jadwal tertentu
B. Pembelajaran sosial emosional terintegrasi dengan mata pelajaran
C. Pembelajaran sosial emosional dapat dilakukan dengan role-play
D. Pembelajaran sosial emosional menjadi budaya di sekolah
E. Pembelajaran sosial emosional adalah untuk semua yang terlibat dalam pembelajaran
Mari kita ulik satu per satu.
A. Dilakukan dengan jadwal tertentu
Pernyataan ini menyatakan bahwa PSE dijalankan secara formal sesuai jadwal, misalnya setiap Senin jam 09.00. Padahal seharusnya PSE bersifat fleksibel, alami, dan kontekstual — muncul ketika situasi atau kondisi belajar dan sosial menghendaki. Bila dikunci dalam jadwal tetap, PSE justru kehilangan kemampuannya untuk responsif terhadap dinamika emosi dan interaksi harian.
B. Terintegrasi dengan mata pelajaran
Integrasi PSE ke dalam mata pelajaran adalah cara efektif membuat siswa belajar aspek sosial dan emosional sembari mengerjakan tugas akademik. Contohnya, membaca teks untuk mengenali emosi, berdiskusi kasus nyata untuk melatih empati, atau refleksi setelah kegiatan kelompok. Ini sangat sesuai dengan kerangka PSE .
C. Dilakukan dengan role-play
Metode seperti role-play, diskusi kelompok, simulasi, maupun refleksi memainkan peran besar dalam mengembangkan kesadaran diri, empati, dan keterampilan sosial. Hal ini bahkan disebut secara spesifik dalam literatur PSE.
D. Menjadi budaya di sekolah
Salah satu ruang lingkup utama implementasi PSE adalah menjadikannya bagian dari budaya sekolah — berupa kebiasaan, protokol, dan nilai-nilai yang diterapkan secara konsisten dalam lingkungan sekolah. Contohnya: norma mendengarkan orang lain, menyelesaikan konflik tanpa kekerasan, atau ungkapan saling menghargai setiap interaksi .
E. Untuk semua yang terlibat dalam pembelajaran
PSE bukan sekadar program untuk siswa. Guru, staf, dan orang tua pun seharusnya berperan aktif dalam membangun dan menerapkan nilai-nilai sosial-emosional. Lingkungan yang kondusif tercipta ketika semua pihak memahami dan mempraktikkan konsep PSE secara sinergis .
Jawaban Tepat: A
Berdasarkan analisis di atas, pernyataan A adalah yang tidak sesuai dengan kriteria PSE. Alasannya:
PSE bersifat kontekstual dan fleksibel: muncul saat situasi emosional atau sosial memerlukan — bukan hanya terjadi saat kegiatan rutin tertentu.
Menghindari kaku dan rutinitas: Jika PSE dijadwalkan seperti mata pelajaran, guru dan siswa hanya siap secara formal, bukan alami.
Fokus pada kepekaan situasi: Strategi PSE efektif jika diterapkan “real-time” sesuai kebutuhan, bukan “redup dari ritme belajar”.
Sementara itu, pilihan B, C, D, dan E justru merujuk langsung ke prinsip-prinsip utama PSE, seperti integrasi akademik, metode partisipatif, budaya sekolah, dan keterlibatan seluruh komunitas.
Baca Juga : Mengapa Penting Mempertimbangkan Kondisi Peserta Didik dalam Menerapkan Pembelajaran Sosial Emosional ?
Signifikansi PSE yang Tepat
Penerapan PSE sesuai kriteria memiliki manfaat nyata:
- Kesejahteraan emosional: Murid dan guru mampu mengenali dan mengelola tekanan serta konflik secara lebih baik.
- Hubungan interpersonal lebih sehat: Komunikasi lebih baik dengan teman, guru, dan staf sekolah.
- Pembelajaran lebih optimal: Emosi yang stabil mendukung fokus dan motivasi belajar.
- Sekolah sebagai ekosistem holistik: Menciptakan iklim sekolah yang rasa saling memiliki dan suportif.
Saat guru mendukung PSE, mereka pun mengalami peningkatan sikap reflektif, empati, dan kemampuan pengelolaan diri — meningkatkan kualitas pendidikan secara keseluruhan .
Rekomendasi Praktis
Berikut panduan implementasi PSE yang sesuai kriteria:
- Jadikan PSE bagian budaya sekolah
- Pengembangan nilai-nilai sosial-emosional melalui peraturan dan praktik sehari-hari.
- Membiasakan norma kelas dan sekolah yang mendukung interaksi positif.
- Integrasi ke mata pelajaran
- Tugaskan diskusi reflektif terkait emosi dan keputusan.
- Gunakan teks dan kasus yang memancing empati dan pengambilan keputusan.
- Metode aktif dan partisipatif
- Role-play konflik dan solusi.
- Pelatihan mindfulness atau relaksasi singkat untuk pengelolaan emosi.
- Libatkan semua pihak
- Socialization PSE kepada guru, staf, dan orang tua.
- Sekolah dan orang tua bekerjasama dalam mendukung pengembangan sosial-emosional siswa.
- Bersifat adaptif dan responsif
- Tanggap terhadap momen-momen emosional: konflik, tekanan, ujian.
- Gunakan situasi real untuk mengajarkan pengelolaan diri dan empati.
Simak Juga : Tujuan Pembelajaran Sosial Emosional adalah untuk Program yang Membangun Karakter dan Kesiapan Hidup
Kesimpulan
Pilihan yang tidak sesuai dengan kriteria PSE adalah A. Pembelajaran sosial emosional dilakukan dengan jadwal tertentu.
Dengan meninggalkan pola PSE sebagai kegiatan formal dan terjadwal saja, dan sebaliknya memasukkannya menjadi bagian dari budaya, integrasi ke pelajaran, metode praktis, dan keterlibatan seluruh komunitas, penerapan PSE akan berdampak signifikan pada kualitas pembelajaran dan kesiapan hidup siswa.